ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

1. Pendahuluhan 

Pembahasan yang dilakukan dalam aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk menguji serta menilai sejauh manana pemasaran dari produk yang dihasilkan dapat mendukung usaha/proyek yang direncanakan, Faktor utama yang perlu dinilai dalam aspek pasar dan pemasaran, antara lain;


a. Jumlah permintaan produk dimasa lalu dan masa kini serta kecenderungan permintaan dimasa yang akan datang.
b. Berdasarkan pada angka proyeksi ( perkiraan), berapa besar kemungkinan market space ( market potensial ) yang tersedia dimasa yang akan datang.
c. Berapa besar market share yang direncanakan berdasarkan pada rencana produksi.
d Faktor-faktor apa saja yang mungkin mempengaruhi permintaandimasa yang akan datang.
e. Strategi apa saja yang perlu dilakukan dalam meraih market shareyang telah direncanakan. Secara ringkas, baik tidaknya aspek pemasaran dari produk yang dihasilkan dapat dilihat dari segi daya serap pasar , kondisi pemasaran , dan besarnya persaingan dimasa yang akan datang.


2. Daya Serap Pasar  

Daya serap pasar merupakan peluang pasar yang dapat dimanfaatkan dalam memasarkan hasil produksi dari usaha / proyek yang direncanakan.

Sebuah gagasan usaha/ proyek yang direncanakan , kendati telah feasible untuk dikembangkan jika dilihat dari aspek teknis, manajemen, keuangan, dan lingkungan, tapi kalau produk yang dihasilkan tidak mempunyai pemasaran tidak ada artinya usaha dikembangkan. Demikian pula terhadap sesuatu produk yang telah mempunyai pemasaran yang baik didaerah tertentu, belum tentu baik apabila dikembangkan didaerah lainnya. Tidak jarang terjadi beberapa pengusaha didaerah , telah mencoba mendirikan beberapa usaha yang berhasil dipulau jawa dan dikembangkan didaerah lainnya ternyata mengalami kegagalan karena permintaan ( selera konsumen ) terhadap produk yang dihasilkan tidak sama. Untuk mengetahui permintaan pasar(konsumen) terhadap produk yang telah ada dipasaran ternyata lebih mendeteksinyadibanding dengan produkyang belum pernah ada didaerah tersebut.

Berdasarkan pada uraian ini, dalam menyusun suatu studi kelayakan bisni, aspek pasar dan pemasaran harus benar – benar dipelajari, diteliti, dan dinilaitentang permintaan pasar , serta selera konsumen, tingkah laku konsumen, kemampuan konsumenserta siapa yang menjadi konsumen terhadap produk yang dihasilkan , dan beberapa pasar peluang yang ada serta beberapa besar market shareyang direncanakan untuk dapat dimanfaatkan dalam mengisi permintaan pasar.

Sebagai contoh, pengembangan toko swalayan dalam suatu daerah tertentu, belum tentu cocok untuk dikembangkan pada daerah lainnyakarena dibeberapa daerah sikapmasyarakatnyalebih menyukai sistem tawar menawar dalam transaksi jual beli. Demikian pula dengan pembukaan usaha es telaer yang cukup berhasil dipulau jawa , belum tentu cocok untuk dikembangkan di luar jawa. Pembukaan usaha peternakan kelinci kendatipun feasible dilihat dari segi teknisdan biaya produksi , belum tentu layak dilihat dari segi pemasarannya dalam beberapa daearah tertentu. Berdasarkan pada uraian di atas untung mengemangkan suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan harus benar – benar berorientasi pada daya serap pasar . karena maju mundurnya usaha/ proyek yang direncanakan banyak tergantung pada pasar dan pemasarannya.

Untuk melihat daya serap pasar terhadap produk yang dihasilkan , pada umumnya dapat dilihat dari segi permintaan, penawaran, market space, serta market share dari produk yang dihasilkan.

2.1 Dari Segi Permintaan

Permintaan dari produk yang dapat dihasilkan dapat diketahui melalui daya serap pasar. Untuk menghitung daya serap pasar dari hasil produksi dapat dilakukan berdasarkan perhitungan atas dasar konsumsi perkapita dan perhitungan atas dasar jumlah konsumsi nyata.

2.1.1 Permintaan AtasDasar Konsumsi Per Kapita

Perhitungan yang dilakukan atas dasar konsumsi per kapita perlu memperhatikan bentuk dan sifat usaha/ proyek yang direncanakan. Apabila gagasan usaha atau proyek yang direncanakan bertaraf daerah. Hal ini perlu mendapat perhatian untuk menghindari kesalahan kesalahan dalam penentuan jumlah permintaan sereta proyeksi – proyeksiyang dilakukan dimasa yang akan datang. Perhatian konsumsi per kapita yang sedang berlaku kita dapat mengetahui apakah gagasa usaha / proyek yang menghasilkan produk trsebut masih mempunyai peluang untuk dikembangkan atau tidak . Apabilakonsumsi per kapita yang sedang berlaku masih berada dibawa dibawa rata – rata konsumsi riil , keadaan ini menunjukan bahwa gagasan usaha / proyek yang direncanakan masih mempunyai peluang untuk dikembangkan.

Untuk mendapatkan data konsumsi per kapita riil , bisa diketahui melalui beberapa dinas terkait seperti data konsumsi ikan , beras, minyak, semen, tekstil dan lain sebagainya yang dihitung besarnya sebagai konsumsi perkapita , baik per tahun , per bulan , maupun per hari , apabila telah diketahui jumlah konsumsi per kapita , berarti jumlah permintaan adalah hasil perkalian antara konsumsi perkapita dengan jumlah penduduk.
1. Pendahuluhan



Pembahasan yang dilakukan dalam aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk menguji serta menilai sejauh manana pemasaran dari produk yang dihasilkan dapat mendukung usaha/proyek yang direncanakan, Faktor utama yang perlu dinilai dalam aspek pasar dan pemasaran, antara lain;

a. Jumlah permintaan produk dimasa lalu dan masa kini serta kecenderungan permintaan dimasa yang akan datang.

b. Berdasarkan pada angka proyeksi ( perkiraan), berapa besar kemungkinan market space ( market potensial ) yang tersedia dimasa yang akan datang.

c. Berapa besar market share yang direncanakan berdasarkan pada rencana produksi.

d Faktor-faktor apa saja yang mungkin mempengaruhi permintaandimasa yang akan datang.

e. Strategi apa saja yang perlu dilakukan dalam meraih market shareyang telah direncanakan. Secara ringkas, baik tidaknya aspek pemasaran dari produk yang dihasilkan dapat dilihat dari segi daya serap pasar , kondisi pemasaran , dan besarnya persaingan dimasa yang akan datang.





2. Daya Serap Pasar



Daya serap pasar merupakan peluang pasar yang dapat dimanfaatkan dalam memasarkan hasil produksi dari usaha / proyek yang direncanakan.



Sebuah gagasan usaha/ proyek yang direncanakan , kendati telah feasible untuk dikembangkan jika dilihat dari aspek teknis, manajemen, keuangan, dan lingkungan, tapi kalau produk yang dihasilkan tidak mempunyai pemasaran tidak ada artinya usaha dikembangkan. Demikian pula terhadap sesuatu produk yang telah mempunyai pemasaran yang baik didaerah tertentu, belum tentu baik apabila dikembangkan didaerah lainnya. Tidak jarang terjadi beberapa pengusaha didaerah , telah mencoba mendirikan beberapa usaha yang berhasil dipulau jawa dan dikembangkan didaerah lainnya ternyata mengalami kegagalan karena permintaan ( selera konsumen ) terhadap produk yang dihasilkan tidak sama. Untuk mengetahui permintaan pasar(konsumen) terhadap produk yang telah ada dipasaran ternyata lebih mendeteksinyadibanding dengan produkyang belum pernah ada didaerah tersebut.



Berdasarkan pada uraian ini, dalam menyusun suatu studi kelayakan bisni, aspek pasar dan pemasaran harus benar – benar dipelajari, diteliti, dan dinilaitentang permintaan pasar , serta selera konsumen, tingkah laku konsumen, kemampuan konsumenserta siapa yang menjadi konsumen terhadap produk yang dihasilkan , dan beberapa pasar peluang yang ada serta beberapa besar market shareyang direncanakan untuk dapat dimanfaatkan dalam mengisi permintaan pasar.



Sebagai contoh, pengembangan toko swalayan dalam suatu daerah tertentu, belum tentu cocok untuk dikembangkan pada daerah lainnyakarena dibeberapa daerah sikapmasyarakatnyalebih menyukai sistem tawar menawar dalam transaksi jual beli. Demikian pula dengan pembukaan usaha es telaer yang cukup berhasil dipulau jawa , belum tentu cocok untuk dikembangkan di luar jawa. Pembukaan usaha peternakan kelinci kendatipun feasible dilihat dari segi teknisdan biaya produksi , belum tentu layak dilihat dari segi pemasarannya dalam beberapa daearah tertentu. Berdasarkan pada uraian di atas untung mengemangkan suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan harus benar – benar berorientasi pada daya serap pasar . karena maju mundurnya usaha/ proyek yang direncanakan banyak tergantung pada pasar dan pemasarannya.



Untuk melihat daya serap pasar terhadap produk yang dihasilkan , pada umumnya dapat dilihat dari segi permintaan, penawaran, market space, serta market share dari produk yang dihasilkan.



2.1 Dari Segi Permintaan



Permintaan dari produk yang dapat dihasilkan dapat diketahui melalui daya serap pasar. Untuk menghitung daya serap pasar dari hasil produksi dapat dilakukan berdasarkan perhitungan atas dasar konsumsi perkapita dan perhitungan atas dasar jumlah konsumsi nyata.



2.1.1 Permintaan AtasDasar Konsumsi Per Kapita



Perhitungan yang dilakukan atas dasar konsumsi per kapita perlu memperhatikan bentuk dan sifat usaha/ proyek yang direncanakan. Apabila gagasan usaha atau proyek yang direncanakan bertaraf daerah. Hal ini perlu mendapat perhatian untuk menghindari kesalahan kesalahan dalam penentuan jumlah permintaan sereta proyeksi – proyeksiyang dilakukan dimasa yang akan datang. Perhatian konsumsi per kapita yang sedang berlaku kita dapat mengetahui apakah gagasa usaha / proyek yang menghasilkan produk trsebut masih mempunyai peluang untuk dikembangkan atau tidak . Apabilakonsumsi per kapita yang sedang berlaku masih berada dibawa dibawa rata – rata konsumsi riil , keadaan ini menunjukan bahwa gagasan usaha / proyek yang direncanakan masih mempunyai peluang untuk dikembangkan.



Untuk mendapatkan data konsumsi per kapita riil , bisa diketahui melalui beberapa dinas terkait seperti data konsumsi ikan , beras, minyak, semen, tekstil dan lain sebagainya yang dihitung besarnya sebagai konsumsi perkapita , baik per tahun , per bulan , maupun per hari , apabila telah diketahui jumlah konsumsi per kapita , berarti jumlah permintaan adalah hasil perkalian antara konsumsi perkapita dengan jumlah penduduk.





Terhadap produk yang belum pernah diadakan perhitungannya, konsumsi per kapita dapat dilakukan dengan mengadakan penelitian secara sederhana, baik dengan menggunakan data primer maupun data sekunder.





Apabila konsumsi per kapita telah dapat diketahui , untuk mengetahui jumlah permintaan dimasa yang akan datang dapat dilakukan melalui proyeksi perkembangan penduduk dari masing – masing daerah pemasaran dari produk yang direncanakan Permintaan Atas Dasar Jumlah Konsumsi Nyata Permintaan hasil produksi yang didasarkan pada jumlah konsumsi nyata dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

Terhadap produk yang belum pernah diadakan perhitungannya, konsumsi per kapita dapat dilakukan dengan mengadakan penelitian secara sederhana, baik dengan menggunakan data primer maupun data sekunder.


Apabila konsumsi per kapita telah dapat diketahui , untuk mengetahui jumlah permintaan dimasa yang akan datang dapat dilakukan melalui proyeksi perkembangan penduduk dari masing – masing daerah pemasaran dari produk yang direncanakan Permintaan Atas Dasar Jumlah Konsumsi Nyata Permintaan hasil produksi yang didasarkan pada jumlah konsumsi nyata dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

Jumlah produksi setempat  =               ton 
Jumlah barang masuk         =               ton
                                                               +
                            Jumlah   =                                                                                                                       Jumlah barang keluar         =              ton                                                                                                                                                                   _                                                                                                   Jumlah konsumsi nyata      =               ton          


Dalam beberapa jenis produk , mungkin bisa ketatui jumlah persediaan awal dan persediaan akhir terhadap sesutau produk yang nyata. Namun demikian apabila sulit untuk mengetahui jumlah persediaan awal dan persediaan akhir sehingga dalam hal ini tidak perlu diperhitungan , karena ada kecenderungan bahwa persediaan akhir dari masa tersebut.

Konsumsi nyata yang diperhitungkan ini adalah jumlah permintaan dari produk tersebut . Oleh karena itu, dalam melakukan proyeksi terhadap jumlah permintaan dapat dilakukan dengan menggunakan regresi atau trend, maupun menggunakan laju pertumbuhan rata- rata per tahun dari serangkaian data waktu kewaktu , baik mengenai jumlahproduksi setempat , jumlah barang yang amasuk , dan jumlah barang yang keluar dari daerah tersebut. Apabila dalam hal ini mengalami kesulitan untuk menetukan jumlah permintaan dimasa yang akan datang , perkiraan permintaan dapat dilakuakan dengan melakukan korelasi antara konsumsi suatu barang dengan penggunaan barang lain, seperti konsumsi ikan dengan jumlah pertambahan penduduk , antara jumlah kendaraan bermotor dengan jumlah minyak pelumas yang harus disediakan , antarajumlah batu bata yang diproduksi dengan besarnya kegiatan pembangunan yang sedang dikembangkan didaerah tersebut.

Berdasarkan pada hubungan korelasi dan koefisien determinasi antara variabel tersebut , kita dapat menafsir dan memperkirakan jumlah konsumsi nyata dari produksi yang akan direncanakan dan berdasarkan pada hasil perkiraan ini akan ditentukan ada tidaknya peluang usaha yang mungkin dapat dimanfaatkan.

2.1 Dari Segi Penawaran

Apabila konsumsi nyata terhadap sesuatu produk telah diketahui , pengisian permintaan dan penawaran dapat terjadi , baik dari dalam maupun dari luar daerah tersebut.

Dengan mengetahui jumlah konsumsi nyata dan jumlah penawarandari suatu produk, perbedaan antara konsumsi nyata dengan penawaran adalah peluang yang dapat dimanfaatkan dalam pembukaan usaha baru . Apabila konsumsi nyalta lebih kecil dari jumlah produk yang ditawarkan, berarti usaha tersebut tidak mempunyai peluang untuk didirikan.

Dalam melakukan proyeksi juga dapat digunakan peralatan regresi, trend, dan compoud interst seperti halnya dengan permintaan. Sebagai contoh, jumlah penawaran hasil produksi dari sebuah perusahaan bata dalam 5 tahun mendatang dapat diproyeksikan dengan memperhatikan beberapa variabel, seperti perkembangan produksi masa lalu , kapasitas pro, dan kemungkinan penambahan beberapa perusaan sejenis di masa yang akan datang .

Demikian pula sebaliknya, proyeksi permintaan yang dapat dilakukan melalui permintaan masa lalu,rencana pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah beberapa tahun mendatang, serta melihat perkembangan kegiatan pembangunan yang sedang dan akan dilakukan oleh masyarakat secara keceluruhan . Dengan mengetahui proyeksi permintaan dan penawaran di masa yang akan datang , perbedaan ini merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan apabila permintaan lebih besar dari penawaran.

2.2 Menghitung Market space dan market share

Market space adalah peluang pasar ( market potensial) yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai perusahaan dan market space terjadi apabila permintaan lebih besar dari penawaran. Selisih yang terjadi ini merupakan ruang gerak bagi perusahaan untuk dapat masuk pasar. Sedangkan market share merupakan bagian yang dapat diambil oleh gagasan usaha ( proyek ) yang direncanakan . Dengan demikian ,apabila market space tidak tersedia, tidak mungkin terdapat market share. Kesempatan untuk mendapatkan market share sangat tergantung pada masing – masing perusahaan dalam melakukan kompetisi / persaingan diantara perusahaan dalam harga, kualitas, kuantitas, teknis produksi, penggunaan teknologi, dan lain sebagainya.

2.3 Kondisi Pasar

Kondisi pasar adalah keadaan pasar yang mendasari proses dan kegiatan pemasaran dari kegiatan usaha yang direncanakan , seperti rantai pemasaran, penetapan harga, sistem pembayaran dan biaya pemasaran, serta program pemasaran.

2.4.1 Rantai Pemasaran

Baik tidaknya aspek pemasaran dari usaha yang akan dikembangkan , juga rantai pemasaran , perlu mendapat perhatian karena mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam mendapatkan margin ( keuntungan ). Semakin panjang rantai pemasaran dari suatu produk yang dihasilkan, cenderung semakin kecil margin yang diterima produsen dan sebaliknya semakin pendek rantai pemasaran, namun demikian akan semakin sempit pemasaran dari produk yang dihasilkan. Berdasarkan pada uraian ini, dalam menyusun studi kelayakan perlu diperhitungkan secara tepat, apakah produk yang dihasilkan lebih baik melalui rantai pemasaran yang panjang atau yang pendek. Hal ini sangat tergantung pada sifat dan jenis produk dari usaha yang direncanakan.

Rantai pemasaran yang dimaksud di sini adalah pola tata niaga mulai dari produsen sampai pada konsumen akhir.

Rantai Pemasaran Mungkin pemasaran adalah selisih antara harga jual pada tingkat pengecer dengan harga jual pada tingkat produsen , selisih tersebut dihitung dalam persentase. Besar dari margin pemasaran tidak lain dari semua biaya – biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran tidak lain dari semua biaya – biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan barang beserta keuntunga yang diterima oleh setiap mata rantai pemasaran.


Dengan demikian , margin pemasaran adalah hasil penjumlahan antara persentase keuntungan dengan persentase keuntungan dengan persentase biaya pemasaran yang terjadi pada setiap mata rantai pemasaran . Cara untuk menghitung margin pemasaran dapat dilakukan sebagai berikut;

1. MP=HJK/HJP-1x100 %
Atau
2. MP=MK+BP
Dimana : MP : Margin Pemasaran
HJK : Harga Jual Pengecer
HJP : Harga Jual Produsen
MK : Margi Keuntungan
BK : Biaya Pemasaran

2.4.2 Penetapan Harga

Tujuan dalam penyusunan studi kelayakan bisnis adalah untuk meneliti seberapa jauh sebuah gagasan usaha dapat menghasilkan benefit /manfaat , baik dalam arti financial benefit maupun social benefit , Dalam arti financial benefit , yang diterima dari sebuah gagasan usaha adalah hasil perkalian antara harga dengan jumlah produksi yang dihasilkan . Dengan demikian tinggi rendahnya benefit yang diterima sangat tergantung pada tinggi rendahnya harga dan jumlah produksi yang dihasilkan.

Kesalahan dalam penetapan harga akan menyebabkan kesalahan dalam kelayakan usaha, oleh karenanya kebijakan dalam penetapan harga harus benar – benar diperhitungkan secara tepat dan benar.

Kebijakan dalam penetapan harga adalah kegiatan yang amat penting, karena pabila harga terlalu tinggi, produk tersebut mengalami kesulitan dan memasuki pasar , demikian pula sebaliknya dengan harga terlalu rendah menyebabkan kerugian terhadap kegiatan usaha. Berdasarkan pada uraian ini, penetapan harga harus benar – benar diperlukan. Penetapan harga dapta dilakukan dengan dua cara yaitu, penetapan harga dengan cara menentukan presentase keuntungan dan penetepan harga dengan cara menghitung biaya pproduksi secara keseluruhan.

2.4.2.1 Dengan Menentukan Keuntungan Penetapan harga jual dari hasil produksi pada hakikatnya dihitung dengan cara menjumlahkan biaya produksi atau harga pokok pembelian barang per unit serta beban biaya tetap per unit dan menentukan besarnya jumlah keuntungan yang diinginkan.

Harga Jual=(Biaya Produksi per unit)/(1- margin/100)

Dalam perhitungan margin ditentukan dengan angka dari 1 s.d. 100 dan margin yang diinginkan dalam persentase dari harga jual. Sebagai contoh, biaya produksi per unit diketahui adalah sebesar Rp 300,- dan keuntungan yang ingin diperoleh sebesar 30% maka besarnya harga jual per unit dihitung sebagai berikut:

Harga Jual = 300/(1-30/100)=428,57

Dalam contoh ini para penyusun sering mengalami kesulitan dalam menentukan biaya produksi per unit terutama besarnya fixed cost dan variabel cost dari setiap unit produksi, lebih – lebih lagi apabila produk yang dihasilkan lebih dari satu jenis produk.

Metode selanjutnya dalam menentukan biaya produksi sebagai ukuran untuk menetukan harga jual dari hasil produksi yang dihasilkan , dihitung dengan melakukan perhitungan dari seluruh komponen biaya dari masing – masing produk yang dihasilkan.

2.4.2.2. Dengan Anggaran Biaya Produksi Penetapan harga melalui perhitungan komponen biaya dihitung melalui seluruh biaya ( total cost ) yang dibebankan untuk produksi tersebut. Untuk memetukan biaya per unit dari produk yang dihasilkan dapat dihitung dari 3 jenis biaya, antara lain :  

1. Biaya bahan baku
2.Biaya tenaga kerja langsung
3.Biaya overhead pabrik


2.4.2.2.1Biaya bahan baku

Biaya bahan baku adalah biaya bahan yang dikeluarkan untuk memproduksi sejumlah barang sesuai dengan jumlah produksi yang direncanakan. Besarnya jumlah bahan baku yang diperkirakan berdasarkan pada rencana penjualan , akan dapat diketahui secara pasti tentang jenis dan jumlah bahan baku yang diperlukan. Berdasarkan pada jenis dan jumlah bahan baku akan dihitung jumlah biaya baik dalam 1 bulan maupun dalam 1 tahun dan jumlah ini dibagi dengan jumlah produksi. Jumlah ini adalah harga pokok produksi dari segi bahan baku.

2.4.2.2.2 Biaya tenaga kerja langsung

Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan terhadap tenaga kerja yang langsung berhubungan dengan produksi , Perhitungan upah tenaga kerja langsung ada yang didasarkan pada upah per unit produksi, upah per jam kerja , dan upah yang didasarkan pada banyaknya produk yang dihasilkan.

Pemilihan salah satu cara dlam pembayaran upah tergantung pada jenis produk dan jenis proses produksi serta kebijaksanaan pimpinan dalam pembayaran upah, jumlah upah langsung yang dikeluarkan , baik dalam satu bulan maupun dalam satu tahun merupakan unsur harga pokok produksi.

24.2.2.3 .Biaya overhead pabrik

Biaya overhead pabrik terdiri dari biaya bahan penolong , biaya listrik, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya penyusutan , biaya pemeliharaan, biaya asuransi, dan biaya – biaya lainnya diluar biaya bahan mentah dan upah tenaga kerja langsung

Untuk menghitung besarnya harga pokok produksi yang didasarkan pada perkiraan produksi dalam satu tahun.

Setelah diketahui jumlah produksi dalam satu tahun yang didasarkan pada perkiraan penjualan , kemudian dihitung kebutuhan bahan baku, tenaga kerja langsung , dan biaya overhead yang diperlukan untuk memproduksi jumlah produksi yang telah ditetapkan. Jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan dibagi dengan jumlah produksi dalam satu tahun adalah harga pokok per unit produksi yang dihasilkan.

Permasalahan yang sering timbul dalam hal ini adalah penetapan harga jual dari produk yang dihasilkan. Semakin tinggi harga jual semakin sulit produk tersebut untuk memasuki pasar dan sebaliknya apabila harga terlalu rendah terlalu lama untuk mencapai tingkat break even point dari usaha yang dikembangkan . Berdasarkan pada permasalahan ini ,dalam menetapkan besarnya keuntungan terhadap produk yang dihasilkan , perlu adanya beberapa pertimbangan , antara lain :

1. Apakah produk yang dihasilkan mempunyai daya saing yang kuat dipasaran . Kalau mempunyai daya saing yang kuat dipasaran. Kalau mempunyai daya saing yang kuat , salah satu kebijakan yang perlu dikembangkan adalah dengan cara menetapkan keuntungan seminimal mungkin serta menekan cost seefisien mungkin , disamping menggunakan aset yang mempunyai teknologi lebih tinggi . Dengan menggunakan teknologi tinggi biasanya harga pokok produksi bisa ditekan disamping kualitas produksi lebih baik , dengan demikian lebih mudah dalam memasuki pasar .

2. Apabila produk yang dihasilkan tidak mempunyai daya saing yang begitu kuat, mungkin dalam penetapan harga jual tidak sesulit pada produk yang mempunyai saingan yang ketat. Namun demikian dalam penetapan harga harus bersaing disamping kualitas harus di tingkatkan.

3. Salah satu kebijakan yang diperlukan pasar bebas dalam rangka meningkatkan keuntungan perusahaan adalah dengan bekerja secara efektif dan efisien karena harga tidak mungkin untuk dinaikan.

4. Kemungkinan pesaing untuk menurunkan harga, keadaan ini bisa terjadi karena pesaing telah menguasai pasar disamping kedudukannya yang telah kuat.

5. Mempelajaari kembali tentang kelemahan produk saingan sehingga konsumen dapat membedakan dari produk yang dihasilkan.


2.5 Sistem Pembayaran Dan Biaya Pemasaran


Dalam sistem pembayaran dari hasil penjualan produksi juga perlu diketahui secar jaelas , apakah produk yang dijual dilakukan secara cash atau kredit dan beberapa besar potongan – potongan yang diberikan pad penjual. Apabila hasil produksi dijual dengan cara kredit , apakah pembayaran dilakukan setiap penyerahan barang yang kedua atau dilakukan pada setiap bulan , setiap minggu , dan laiin sebagainya karena keadaan ini akan berpengaruh terhadap penyediaan modal kerja serta kemampuan usaha dalam menutupi segala kegiatan ini. Demikian pula halnya dalam biaya pemasaran apakah biaya pemasaran seperti biaya transportasi , biaya pajak , dan pungutan pungutan lainnya merupakan beban perusahaan atau merupakan beban pembeli. Jika merupakan beban perusahaan tentu keadaan ini memerlukan perhitungan harga pokok produksi dilihat dari biaya pemasaran.

Di pihak lain, perlu diketahui dan dipelajari tentang pola konsumsi dan selera dari konsumen, terutama yang berhubungan dengan produk konsumsi dan selera dari konsumen , terutama yang berhubungan dengan produk yang dihasilkan.

2.6 Program Pemasaran

Berdasarkan pada hasil pada hasil pembahasan dari uraian tersebut, terakhir perlu dibuat suatu program pemasaran yang merupakan kesimpulan akhir yang harus disusun secara jelas dan terperincibaik mengenai rencana penjualan, tingkat harga , kebijaksanaan pengadaan bahan baku , kebijaksanaan penyaluran , sistem pembayaran , promosi , dan lain sebagainya.

Dengan mengetahui semua faktor ini , tentu para perencana dan penyusun studi kelayakan dapat faktor ini , tentu para perencana dan penyusun studi kelayakan dapat mempertimbangkan keputusan akhir dari usaha yang direncanakan.


3. Faktor Persaingan



Dalam mengisi peluang usaha yang ada , perlu diperhatikan tentang faktor persaingan dari perusahaan sejenis, terutam terhadap usaha yang telah ada kemungkinan tentang berdirinya usaha sejenis lainnya dimasa yang akan datang

Faktor – faktor yang diperlukan dan diperhitungkan terhadap usaha sejenis yang telah ada adalah bagaimana kapasitas produksi mereka dan apakah mereka merencanakan untuk mengisi peluang yang masih ada. Jika mereka merencanakan untuk mengisi peluang yang masih ada, apakah mereka lakukan dengan cara memperbesar tingkat produksi, melalui penambahan jam kerja, atau mereka membuka usaha baru. Jika mereka membuka usaha baru, berapa besar kapasitas produksi yang direncanakan, dimana didirikan dan bagaimana sumber modalnya, serta teknologi apa yang digunakan.

Demikian pula, perlu dipelajari dan diperhitungkan terhadap usaha sejenis yang telah ada, baik mengenai kesehatan perusahaan dalam menjalankan aktifitasnya maupun besarnya peranan mereka dalam mengisi kebutuhan konsumen. Perlu juga dipelajari kembali bagaimana strategi pemasaran yang mereka lakukan , baik dalam produk , harga, distribusi produk, maupun dalam kebijaksanaan promosi.

Dipihak lain , perlu dipelajari tentang kemungkinan adanya sejenis lainnya yang membuka usaha dalam memanfaatkan peluang yang ada. Bila ada , perlu dipelajari tentang besarnya kapasitas produksi yang direncanakan , siapa yang mendirikan , serta bagaimana sumbermodalnya dan teknologi apa yang digunakan.


Dengan mengetahui faktor persaingan , tentu dapat dijadikan sebagai bahan informasi yang amat penting dan berguna untuk membandingkan dengan rencana usaha yang akan dikembangkan , apa kelebihan kelebihan dari usaha yang direncanakan dan apa pula kelemahan kelemahan bila dibandingkan dengan usaha yang telah ada maupun usah yang telah ada maupun usaha saingan lainnya yang akan didirikan.


Mungkin dengan adanya informasi tentang saingannya, kita akan memutuskan tidak dapat bersaing atau dengan adanya informasi saingan ternyata usaha yang didirikan lebih unggul dibanding dengan perusahaan saingan. Demikian pula mungkin dengan adanya informasi tentang saingan , usaha yang akan didirikan dapat disempurnakan dari kelemahan- kelemahan perusahaan saingan 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "ASPEK PASAR DAN PEMASARAN"

Post a Comment